ini hari sabtu. hari dimana jaehan biasa menikmati akhir pekan dengan berjalan-jalan ke kota lama. jaehan biasa ke sana untuk memotret apa pun yang ada di sana.

kota lama terlihat seperti kota yang memang sudah tua. isi kotanya dipenuhi oleh pertokoan barang-barang antik. jaehan sangat menyukai tempat seperti itu, terlebih lagi di sana tidak banyak orang berlalu lalang. jaehan biasa menghabiskan waktu di kota lama seorang diri, karena dia akan memakan waktu seharian di sana. jaehan tidak ingin membuat teman-temannya atau pacarnya untuk menemani dirinya yang akan asik sendiri dengan dunianya.

tapi hari ini, jaehan tidak sendiri.

“kamu beneran gapapa ikut aku ke sana?” ini adalah pertanyaan yang tidak tahu sudah ke berapa dan yechan dengan sabar selalu membalas, “gapapa, kakak.”

hari ini, yechan ikut menemani jaehan ke kota lama, dan ini adalah kali pertama lelaki itu menemani lelaki manisnya menghabiskan waktu di sana. dalam bayangannya, yechan memikirkan, pasti dirinya akan didiami oleh jaehan sepanjang waktu, yang dimana memang jaehan sangat tidak bisa diganggu kalau sudah menyangkut kesukaannya. dari awal yechan menawarkan diri untuk ikut dengan jaehan, lelaki itu menduga jaehan akan menolaknya. tapi ternyata, pacar manisnya itu malah dengan sangat senang hati mengizinkan.

dan sekarang, yang yechan lakukan adalah membuntuti jaehan ke sana ke mari, sambil memegang donat milik dirinya dan jaehan. jaehan sendiri? dia sedang memegang kameranya untuk membidik segala hal yang dia temui sambil terus berbicara panjang lebar menjelaskan banyak sekali hal pada yechan. sesekali dia akan meminta yechan menyuapi donatnya, lalu kembali berbicara banyak hal, bahkan jaehan sering kali hampir terjatuh karena terus memerhatikan kameranya.

yechan sendiri membayangkan bagaimana selama ini jaehan menghabiskan waktu di sini sendiri dengan tingkahnya yang ceroboh itu. dia berpikir jaehan akan sering terjatuh atau mungkin berkelahi dengan orang lain karena dia akan terus menabrak orang di sekitarnya. tapi nyatanya, jaehan selalu pulang dengan selamat dan selalu menceritakan bagaimana senangnya dia sehabis dari tempat kesukaannya ini.

“kamu capek, nggak?”

sekarang mereka sedang beristirahat di cafe tea langganan jaehan.

“nggak. kakak capek? dari tadi kakak nggak berhenti jalan sama ngomong. capek nggak?”

yechan menjawab sambil membersihkan ujung bibir jaehan yang sedikit kotor —karena dia memakan donat (lagi) sambil berbicara. jaehan menggeleng semangat sambil tersenyum lebar, sampai pipi gembilnya tertarik sama lebarnya.

setelah menghabiskan setengah hari di kota lama dan kamera jaehan juga sudah habis baterai, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. tapi sayangnya, tiba-tiba saja hujan turun dengan sangat deras. untungnya, hari ini yechan membawa mobilnya jadi mereka tidak takut kehujanan dan kamera jaehan aman. tapi setelah mereka baru saja masuk ke dalam mobil, jaehan tiba-tiba berbicara,

“main ujan-ujanan yuk!” yechan tentu saja ingin menolak karena jaehan mudah sekali sakit kalau kedinginan, tapi jaehan terus saja memohon.

“ini pertama kalinya aku ke sini sama kamu, aku mau rayain hari ini sambil ujan-ujanan. mau ya?” ucap jaehan dengan bibirnya yang menekuk turun dan ekspresi yang dibuat sesedih mungkin —kebiasaannya saat membujuk yechan.

yechan mana mungkin bisa menolak kalau pacar kecilnya sudah mengeluarkan ekspresi menggemaskannya itu.

dan di sinilah mereka sekarang, di tengah jalan yang sepi — bermain kejar-kejaran seperti anak kecil.

“kakak! jangan cepet-cepet larinya nanti jatuh!”

“namanya lari kan cepet, gimana sih! ayo kejar aku makanya! wlee!”

mereka terus berlari ke sana ke mari, menikmati datangnya hujan yang sepertinya tidak ingin berhenti. berkali-kali yechan hampir menangkap jaehan yang ternyata sangat lincah, namun jaehan cepat sekali menyingkir, berakhir yechan lagi-lagi harus kembali menangkap kekasih nakalnya itu.